Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB
Ditulis pada tanggal 8 Oktober 2018, oleh aquaticbioflocfpik, pada kategori Berita

<a href=

Ikan lele merupakan salah satu komoditas primadona di kalangan masyarakat Indonesia khususnya Kota Malang. Tingginya kebutuhan masyarakat pada ikan lele menjadikan usaha budidaya lele menjadi peluang bisnis yang potensial untuk dikembangkan. Dalam perkembangan budidaya lele, masalah krusial yang sering dihadapi oleh pembudidaya adalah rasio konversi pakan yang tinggi dan keluluhidupan ikan lele yang rendah.

Menilik permasalahan tersebut, Dosen Budidaya Perairan FPIK UB yaitu Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc bersama Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS mencoba ciptakan ide brilian dengan menerapkan inovasi teknologi berupa pemanfaatan probiotik dan pakan fermentasi sebagai upaya peningkatan kelulushidupan dan daya cerna pada budidaya ikan lele.

Seperti yang diungkapkan oleh pelopor kegiatan, Muhammad Fakhri di Malang, Jum’at lalu (5/10) bahwa kegiatan diseminasi teknologi ini diterapkan kepada pembudidaya ikan lele yang terletak di Kecamatan Cemorokandang, Kota Malang. Transfer teknologi yang diberikan kepada mitra yaitu produksi probiotik cair dan pakan fermentasi. “Pelatihan produksi probiotik dilakukan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan mitra sehingga pada proses selanjutnya dapat memproduksi probiotik secara mandiri”, tukas pria kelahiran Mataram tersebut siang (5/10) lalu. Bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi probiotik adalah starter mikroogranisme (Bacillus, Lactobacillus dan Saccharomyces), air kelapa, gula merah, rempah-rempah, dan susu segar. Probiotik ini dapat dimanfaatkan secara langsung pada air kolam atau dicampurkan ke dalam pakan. Pelatihan probiotik ini dilakukan bekerjasama dengan bapak Agus Basuki dari Bengkel Tani (Beta) Malang.

“Untuk mengatasi masalah mahalnya biaya pakan, kami melakukan pelatihan produksi pakan fermentasi dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti dedak dan tepung kedelai” tambah Arning. Dedak dan tepung kedelai tersebut dicampurkan dengan pellet yang kemudian difermentasi selama 3 hari. Setelah mendapatkan pelatihan, Arning menuturkan bahwa mitra akan menerapkan probiotik dan pakan fermentasi selama satu siklus pembesaran lele. Selain itu, mitra diberikan bantuan berupa penyediaan kolam terpal bundar, penyediaan bibit lele 10.000 ekor  dan sarana produksi lainnya seperti aerator dan jaring.

Mitra pembudidaya mengungkapkan kepada mereka bahwa pemanfaatan probiotik dan pakan fermentasi selama 3 bulan ini menghasilkan kelulushidupan sebesar 90% dan rasio konversi pakan sebesar 0,9. Hasil ini sangat menggembirakan karena sebelum penerapan teknologi ini, ikan banyak yang mati mencapai 25% dan konversi pakan sebesar 1,2.

Mereka sangat berterimakasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Kemenristekdikti yang telah mendanai kegiatan tersebut.

Penerapan teknologi ini diharapkan dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan lele lainnya sehingga dapat membantu menambah wawasan dan ketrampilan dalam pemanfaatan probiotik dan pakan fermentasi pada budidaya ikan lele yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya secara signifikan.

Back to top