Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB
Ditulis pada tanggal 13 November 2021, oleh aquaticbioflocfpik, pada kategori News

Bekerja sama dengan PT. Indoalgae Akuakultur, lima dosen program studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya mengembangkan industri mikroalgae. PT. Indoalgae Akuakultur (sebelumnya bernama PT. Sun Chlorella Indonesia, PT. SCI) merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang produksi powder (tepung) mikroalga. PT. SCI sendiri berdiri sejak tahun 1993 dengan fokus pada powder mikroalga jenis Chlorella yang dikelola oleh pengusaha Jepang. Sejak tahun 2010, PT. SCI dikelola oleh pengusaha Indonesia dan berganti nama menjadi PT. Indoalgae Akuakultur. Impelementasi dari kerja sama ini adalah dosen melaksanakan kegiatan yang disebut program dosen berkarya.

Program Dosen Berkarya merupakan salah satu bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Visi Misi Universitas Brawijaya khususnya misi ke 2 yaitu “Menyelenggarakan peran perguruan tinggi sebagai agen pembaruan, pelopor dan penyebar ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan humaniora serta sebagai agen pembangunan ekonomi bangsa dengan berdasar pada nilai kearifan lokal dan luhur’’. Program ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 2021 dan merupakan salah satu kegiatan unggulan Universitas Brawijaya. Program dosen berkarya juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah dosen yang berkegiatan dengan mitra kerja sama dan mendapat rekognisi/pengakuan secara regional, nasional dan/atau internasional. Rekognisi dosen Universitas Brawijaya adalah proses pengakuan yang diberikan kepada dosen yang bekerja paruh/penuh waktu sebagai praktisi/tenaga ahli/konsultan independen di mitra kerja sama. Pada kegiatan ini, tim dosen berkarya bekerja paruh waktu sebagai tenaga ahli produksi mikroalga selama setara enam bulan masa kerja.

 

Pada kegiatan program dosen berkarya, tim dosen mencoba memecahkan masalah yang sedang menjadi kendala mitra dalam menguatkan produksi. Kendala utama yang dihadapi mitra adalah terkait belum dikuasainya teknologi kultivasi mikroalga secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan spesies mikroalga yang dibudidayakan selama ini jauh berbeda dengan yang akan dikembangkan saat ini. Nasrullah Bai Arifin, S.Pi., M.Sc. selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa setiap spesies mikroalga memiliki karakteristik pertumbuhan dan teknik kultivasi yang berbeda walaupun ada step yang sama dalam budidaya. Beberapa solusi yang diberikan untuk mengatasi kendala yang dihadapi mitra adalah introduksi kebutuhan hara, teknologi kultivasi terkini, dan pemanenan pada produksi mikroalga berdasarkan karakteristik masing-masing spesies yang sedang dikembangkan (Spirulina sp., Haemotococcus fluvialis, dan Dunaliella salina).

Tahap awal pada kultivasi mikroalga adalah menentukan kebutuhan hara bagi setiap spesies yang akan dikultur. Nasrullah Bai Arifin, S.Pi., M.Sc. menjelaskan bahwa kebutuhan nutrient mikroalga tergantung pada spesies yang dibudidayakan. Jenis-jenis hara yang diintroduksikan oleh tim kepada mitra diantaranya adalah media standar yang meliputi zarrouk, BG11, walne, dan F2. Selian itu, tim kegiatan juga mengintroduksi modifikasi media pada kultivasi skala massal. Oleh karena pengembangan yang dilakukan pada mitra adalah kultur multi spesies maka kemurnian mikroalga menjadi salah satu faktor penting dalam kebrhasilan produksi. Untuk menjaga kemurnian mikroalga yang dikultivasi maka perlu dilakukan kontrol secara rutin. “Pengamatan mikroskopis merupakan teknik sederhana yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah tidak terjadi cross cotamination (kontaminasi silang) dalam kultur” ujar Nasrullah Bai Arifin, S.Pi., M.Sc. Dia menambahkan bahwa dengan melakukan pengamatan mikroskopis, beberapa spesies mikroalga dapat dibedakan berdasarkan karakteristik morfologi. Sementara itu, untuk teknik kultivasi yang diintroduksikan oleh tim kegiatan kepada mitra adalah sistem kultivasi semi-continous. Dengan system ini memungkinkan efisiensi penggunaan hara karena air media budidaya digunakan kembali untuk kultivasi. Hara merupakan salah satu faktor produksi utama pada kultivasi microalgae skala massal sehingga efisiensi hara dapat menurunkan biaya produksi secara signifikan. Selain hara, pemanenan merupakan faktor kunci dalam keberhasilan produksi mikroalga. Metode pemanenan yang umum digunakan dalam kultivasi mikroalga adalah flokulasi, sentrifugasi, dan filtrasi. Metode pemanenan yang diintroduksi tim kegiatan adalah metode filtrasi. Dengan metode filtrasi, efisiensi penggunaan energi listrik dapat dicapai. Konsumsi energi listrik pada metode filtrasi jauh lebih sedikit daripada metode sentrifugasi yang selama ini digunakan oleh mitra dalam pemanenan mikroalga.  

Kegiatan program dosen berkarya di PT. Indoalgae Akuakultur tidak hanya bersifat transfer teknologi tetapi juga sebagai upaya dalam mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Saat ini terdapat empat orang mahasiswa yang sedang mengikuti magang industry di PT. Indoalgae Akuakultur selama kurang lebih satu semester. Mitra berharap bahwa kerja sama ini tidak berhenti pada kegiatan program dosen berkarya tetapi berlanjut secara kontinyu.

Back to top